Tanggapan Dari Orang Tua Kepada Anak Muda


Masih ingat postingan saya sebelumnya tentang pendapat anak muda mengenai perlakuan orang tua? Nah, sekarang ini marilah kita melihat bagaimana pandangan orang tua terhadap anak muda. Pendapat orang tua kali kali ini diwakili oleh Ust. Endang Abdurrahman, salah satu guru/dosen sekaligus pengasuh dan orang tua saya di STAIL Hidayatullah Surabaya :D semoga dengan begini, hal-hal yang membuat putusnya hubungan komunikasi antara orang tua dan anak muda yang belakangan sering terjadi dapat kita lihat apa sebab dan akibatnya.

Oh ya, postingan ini bukan bermaksud membenturkan dua kalangan yang berbeda, tapi bagaimana kita melihat perbedaan sudut pandang dua kalangan ini. Isi dari postingan yang saya blockquote di bawah ini adalah isi pendapat Beliau yang sedikit saya edit (disarankan) untuk disesuaikan tanpa merubah maksud yang sebenarnya dari email yang dikirim ke saya karena kalau menaggapi lewat komentar nanti kepanjangan :D. OKE selamat membaca dan merenungkan tentang hal ini. :t

Assalamu'alaikum

Makasih San! Saya udah baca komen-nya di postingan saya. Rasanya gak leluasa bikin komen terlalu panjang, ya udah saya kirim aja lewat email, mudah2an gak bosen bacanya yaa. Saya ingat waktu dapat pencerahan di beberapa pengasuh saya dulu, saya pernah ditanya....bagaimana menjadi ortu yang baik? saya waktu itu tidak bisa jawab, rasanya blm pantas memberikan jawaban. Tapi itulah yang selalu saya ingat dari beliau, kalo waktu itu saya sedang dididik menjadi 'orang tua'. Dan itu saya rasakan sampe sekarang. Beruntung saya diasuh oleh orang yang tau bagaimana mendidik anak untuk zamannya.

Ada yang menarik dari Dr. Muhammad Iqbal buat kita tentang Visi ayahnya. Ada yang bisa kita petik dari ayah Dr. Muhammad Iqbal. Kepada Iqbal kecil, ayahnya memberi nasehat, "Bacalah Al- Qur'an seakan-akan ia diturunkan untukmu."

Tentunya banyak nasehat yang pernah diberikan ayahnya. Tetapi nasehat inilah yang membekas di dada Iqbal kecil sehingga mempengaruhi perkembangan jiwanya.

Tentang nasehat ayahnya ini, ia memberi kesaksian."Setelah itu," kata Dr. Muhammad Iqbal menuturkan, "Al-Qur'an terasa berbicara langsung kepadaku!"

Inilah nasehat yang sangat visioner. la mengingatkan hal-hal pokok yang apabila itu hidup dalam dirinya, maka seluruh pikiran dan tindakannya akan terwarnai. Hal yang sama berlaku untuk motivasi, dorongan belajar, nasehat tentang perilaku dan seterusnya. Ada nasehat yang hanya memiliki kekuatan satu dua jam, ada nasehat yang memiliki kekuatan satu dua minggu dan ada juga nasehat yang memiliki kekuatan hingga masa yang sangat panjang.

Kemampuan memberi nasehat yang paling tepat untuk menggerakkan kebaikan dalam diri anak asuh, kerapkali bukan lahir dari kecerdasan pengasuhnya. Betapa banyak anak- anak yang memiliki pengasuh yang berpendidikan tinggi, tetapi kualitas pengasuhan dan pendidikan yang ia (anak asuh) terima hanya setingkat dengan mereka yang tidak mampu menamatkan pendidikan dasar di SD Inpres yang paling buruk. Kenapa? Salah satunya sebabnya, karena pengasuh tidak punya visi dalam mengasuh dan mendidik.

Contoh sederhana. Tugas pengasuh adalah membimbing dan mendidik anak asuh, sedangkan tugas anak asuh adalah menjalankan komitmen awalnya sebagai anak yang siap menjadi dewasa pada saatnya. Tidak ada masalah yang perlu dirisaukan seandainya masing-masing menjalankan perannya dengan baik. Pengasuh dengan secara alamiah akan cenderung 'menekan' anak asuh. Tanpa disuruh, mereka akan melakukannya. Sebagian anak asuh bahkan merasa kebingungan bagaimana menghadapi pengasuh yang begitu 'arogan' terhadap anak asuh. Terjadilah saling tuduh biang kekacauan. Pengasuh menuduh anak asuh tidak siap dibina, anak asuh menuduh pengasuh hanya memaksakan kemauannya sendiri. Padahal akar masalahnya terletak pada rendahnya komitmen kita menjalankan tugas sebagai pengasuh dan anak asuh. Atau, boleh jadi kita memiliki komitmen yang sangat kuat, tetapi tidak memiliki visi yang jelas.

Tetapi harap diingat, lamunan yang tak diikuti dengan upaya yang keras, gambaran yang jelas dan tujuan yang kuat, bukanlah visi. la adalah angan-angan kosong. Tak bernilai.

Mungkin ini adalah bagian dari skenario Alloh untuk menjadikan kita sebagai orang tua yang berbeda dengan orang tua kita. Paling tidak kita dapat mencontoh dari kebaikannya dan berniat kuat untuk membuang sifat buruknya.

Semoga Allah Ta'ala melindungi kita, beserta seluruh keturunan kita. Semoga kita semua dapat kembali kepada-Nya dalam keadaan ridha dan diridhai-Nya.

Allahumma amin.


Bagaimana?

Previous Post Next Post