Penampilan Kepemimpinan Kepala Sekolah | Manajemen Kepemimpinan Lembaga Pendidikan islam

A. Pendahuluan
Penampilan tak bisa dipungkiri adalah cerminan sosok dan citra diri yang sangat berperan terhadap penilaian orang lain terhadap orang lain. Bahkan, dalam berbagai hal, penampilan bisa menjadi 'modal utama' agar tidak dipandang sebelah mata relasinya. Pentingnya penampilan itulah yang membuat rangkaian menata penampilan menjadi hal yang harus mendapat porsi perhatian tersendiri oleh setiap orang. Tak hanya dalam kehidupan pribadi maupun sosial, tapi juga mencakup kehidupan karir seseorang. Bahkan bisa dibilang, penampilan adalah satu bagian penting terkait pembentukan citra profesional serta memberi rasa kepercayaan diri yang tinggi untuk mengekspresikan kompetensi yang dimiliki.

Penampilan erat kaitannya terhadap pembentukan citra diri, setiap orang tentunya harus mulai memperhatikan penampilan masing-masing. Tak sebatas orang dengan profesi tertentu saja tapi bagi siapapun yang bekerja maupun tidak bekerja. Itu karena, penampilan menentukan kesan awal yang bakal tertangkap pada diri kita. Jika kesan awal saja tidak baik, maka tidak tertutup kemungkinan bila kesan berikutnya akan terpengaruh oleh kesan pertama. “Penampilan mendukung wibawa, meskipun sebenarnya kewibawaan tidak sepenuhnya ditentukan oleh penampilan. Ada yang sederhana, tapi juga tetap terkesan berwibawa.” Itulah kenapa front office staff harus lebih memperhatikan penampilan. "Atasan atau bawahan sama saja. Artinya aspek penampilan tetap sama-sama harus diperhatikan. Atasan yang klimis, rapi dan bersih pasti akan menimbulkan perasaan nyaman, senang dan bangga bagi bawahan atau anak buahnya," ungkap psikolog S Susilowati Senior Executive HRD PT Batamindo Investment Cakrawala Batam[1].

Penampilan adalah bagian dari gambaran atau cermin dari kepribadian seseorang. Maka ketika seseorang berpenampilan rapi dalam berpakaian, hal tersebut menunjukkan bahwa orang tersebut menaruh perhatian dengan dirinya. “Sementara itu berpakaian dalam penampilan bekerja tidaklah harus mewah atau berlebihan. Namun, disesuaikan dengan kondisi ruang kerja dan lingkungan dia bekerja,” ujar Adelina Situmorang, HRD Manager Panbil Industrial Estate.

Kemudian seorang karyawan atau bahkan pimpinan yang kurang rapi secara tidak langsung mencerminkan image atau gambaran keadaan perusahaan tersebut. Oleh karena itu pada perusahaan-perusahaan besar untuk membentuk image yang positif pada perusahaan tersebut, maka diberikan seragam pakaian kerja untuk karyawan supaya terjadi keseragaman antar karyawan. Hal ini juga untuk menghindari adanya perbedaan / status sosial. “Namun demikian tidaklah dapat dikatakan bahwa penampilan di kantor berpengaruh langsung kepada karir. Karena, yang berpengaruh langsung terhadap karir lebih berkaitan dengan performance kerja dan adanya kesempatan,” lanjut Adelina[2].

Kepala sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah secara keseluruhan, dan juga kepala sekolah adalah pemimpin formal pendidikan di sekolahnya. Dalam suatu lingkungan pendidikan di sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab penuh untuk mengelola dan memberdayakan guru-guru agar terus meningkatkan kemampuan kerjanya. Dengan peningkatan kemampuan atas segala potensi yang dimilikinya itu, maka dipastikan guru-guru yang juga merupakan mitra kerja kepala sekolah dalam berbagai bidang kegiatan pendidikan dapat berupaya menampilkan sikap positif terhadap pekerjaannya dan meningkatkan kompetensi profesionalnya, dengan begitu tujuan yang akan dicapai oleh sekolah akan berhasil sesuai yang diharapkan.

Keberhasilan suatu sekolah pada hakikatnya terletak pada efisiensi untuk menghindari segala bentuk pemborosan[3] dan efektivitas penampilan seorang kepala sekolah. Sedangkan Sekolah sebagai lembaga pendidikan bertugas menyelenggarakan proses pendidikan dan proses belajar mengajar dalam usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam hal ini kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tugas untuk memimpin sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab atas tercapainya tujuan sekolah. Kepala sekolah diharapkan menjadi pemimpin dan inovator di sekolah. Oleh sebab itu, kualitas kepemimpinan kepala sekolah adalah signifikan bagi keberhasilan sekolah[4].

B. Konsepsi dan Maknanya

Penampilan kepemimpinan kepala sekolah adalah prestasi atau sumbangan yang diberikan oleh kepemimpinan seorang kepala sekolah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif yang terukur dalam rangka membantu tercapainya tujuan sekolah. Penampilan kepemimpinan kepala sekolah ditentukan oleh faktor kewibawaan, sifat dan keterampilan, perilaku maupun fleksibilitas pemimpin. Menurut Wahjosumidjo, agar fungsi kepemimpinan kepala sekolah berhasil memberdayakan segala sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan sesuai dengan situasi, diperlukan seorang kepala sekolah yang memiliki kemampuan profesional yaitu: kepribadian, keahlian dasar, pengalaman, pelatihan dan pengetahuan profesional, serta kompetensi administrasi dan pengawasan. Ada empat bagian yang penting dan saling berkaitan jika ditinjau dari model penampilan organisasi:

a. Sebuah organisasi sebagai suatu kesatuan yang memiliki suatu misi.

b. Tujuan atau sasaran utama yang dapat diukur dari penampilan (kinerja/prestasi yang ditampilkan).

c. Tanggung jawab pokok dan proses.

d. Output yang dihasilkan.

Agar fungsi kepemimpinann kepala sekolah berhasil memberdayakan segala sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan sesuai dengan situasi, diperlukan kemampuan professional, yaitu kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan keterampilan prfesional, pelatihan dan pengetahuan professional, serta kompetensi administrasi dan pengawasan.

C. Kekuatan Pendorong

Suatu hal yang menarik dalam dunia pendidikan bahwa bawahan baik perorangan maupun keelompok dengan sadar selalu emngikuti dan melaksanakan apa yang dikehendaki leh pemimpin. Demikian pula dengan penampilan kepemimpinan kepala sekolah yang berupa suatu sumbangan atau kontribusi terhadap pencapaian proses pencapaian tujuan sekolah, sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu kewibawaan (power), sifat-sifat dan keterampilan,perilaku (behavior), serta fleksibilitas pemimpin[5].

1. Kewibawaan (power)

Kewibawaan merupakan keunggulan dan kelebihan atau pengaruh yang dimiliki oleh kepala sekolah. Hal ini dapat mempengaruhi orang bahkan menggerakkan, memberdayakan segala smber daya sekolah untuk mencapai tujuan sekolah sebagai dengan keinginan kepala sekolah. Menurut Amitai dan Roven kewibawaan sebagai suatu potensi yang berpengaruh dapat dibedakan ke dalam berbagai klasifikasi[6]:

a. Position Power, kewibawaan ini bersumber atau mengalir dari jabatan atau kedudukan formal seorang pemimpin yang telah ditetapkan dengan legitimasi atau surat keputusan dari pejabat yang berwenang kepada bawahannya. Kepala sekolah memiliki wewenang untuk mengatur, memberikan tugas, bahkan memaksa (Coersive Power) dan dapat memberikan hukuman atau penghargaan (Reward Power) kepada bawahannya, sehingga bawahannya loyal dan bersedia melaksanakan perintah keinginan kepala sekolah.

b. Personal Power, kewibawaan ini karena kepala sekolah mampu menggerakkan bawahannya karena sifat-sifat pribadi atau keteladanan (referent power) yang menimbulkan daya tarik kepercayaan dan kekaguman, serta keahlian (expert power) yang menyebabkan bawahan hormat dan unduk karena keahlian dan pengalaman maupun pendidikan yang dimiliki kepala sekolah.

2. Sifat-sifat dan Keterampilan

Sifat-sifat atau kualitas kepala sekolah dapat tercermin dari aspek-aspek fisik dan piskis. Ciri-ciri fisik meliputi tinggi badan, penampilan dan tingkat energi. Sedangkan kepribadian mencakup harga diri, pengaruh dan keantapan emosi. Selanjutnya keterampilan meliputi kecerdasan, kelancaran berbicara, keaslian dan wawasan kemasyarakatan. Menurut hasil studi Stogdill bahwa ciri-ciri keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah secara garis besarnya dirasakan, diamati ada tidaknya beberapa indikasi sebagai berikut[7]:

a. Dorongan yang kuat untuk bertanggung jawab dan penyelesaian tugas.

b. Penuh semangat dan tekun di dalam meyakinkan tujuan.

c. Berani mengambil risiko dan keputusan.

d. Berusaha untuk berlatih, berpikir ke dalam situasi masyarakat.

e. Percaya diri dan memiliki identitas kepribadian.

f. Keinginan kuat untuk menerima konsekuensi keputusan dan tindakan.

g. Tahan uji dalam menghadapi tekanan akibat hubungan antarpribadi.

h. Kemampuan untuk bersabar dalam dalam menghadapi kegagalan dan penundaan.

i. Kecakapan dalam mempengaruhi perilaku orang lain.

j. Kemauan untuk menciptakan sistem hubungan kemasyarakatan.

3. Perilaku

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para pakar melalui analisis actual kepemimpinann, memberikan kesimpulan bahwa tingkah laku, perilaku atau apa yang dilakukan oleh para pemimpin dalam memberdayakan sumber daya suatu organisasi lebih dekat hubungannya dengan proses kepemimpinan. Perilaku sebagai salah satu potensi atau kekuatan pendorong penampilan kepala sekolah dapat mempedomani teori atau pikiran-pikiran dasar kepemimpinan di bawah ini:

a. Perilaku pemimpin yang mengutamakan tugas (Task oriented) dimana seorang pemimpin mengarahkan bawahannya dalam usaha pencapaian tujuan organisasi dengan ditandai adanya planning, organizing, dan controlling.

b. Perilaku pemimpin yang mementingkan hubungan kerja (Relationship Orientid) dimana seorang pemimpin mempunyai hubungan kerja yang sifatnya pribadi dan ditandai dengan adanya saling mempercayai, menghargai ide-ide bawahannya serta tenggang rasa terhadap peran bawahannya.

c. Perilaku pemimpin yang engutamakan hasil (Effectiveness) dimana seorang pemimpin berhasil mencapai tujuan organisasinya sesuai dengan persyaratan kedudukannya.

4. Fleksibilitas

Meruapakan tingkat kelenturan kepemimpinan seorang kepala sekolah untuk beradaptasi dengan lingkungan atau situasi sekolah yang di dalamnya berkumpul atau bekerja sama antar SDM sehingga dapat diberdayagunakan dalam mencapai tujuan sekolah. Suatu lingkungan diamana proses penampilan kepemimpinan kepala sekolah terjadi, pada dasaranya dapat dikelompokkan ke dalam dua hal pokok, yaitu SDM sebagai bawahan dan factor di luar SDm seperti tujuan, struktur organisasi, waktu, tempat dsb. Dalam hal ini “bawahan” merupakan factor terpenting yang erat kaitannya dengan tingkat fleksibilitas penampilan kepemimpinan sekapal sekolah.

Bawahan dapat diidentifikasi sebagai para guru, laboran, pustakawan, para siswa dari suatu sekolah yang ditandai dengan “tingkat kematangan” yang ditunjukkan oleh mereka terhadap tugas-tugas tertentu, fungsi dan tujuan sekolah yang ingin dicapai. Yang dimaksud dengan “tingkat kematangan bawahan” ada beberapa indikasi berikut:

a. Mempunyai tujuan yang dapat dicapai, tujuan yang menggambarkan prestasi.

b. Mempunyai tanggung jawab dalam arti memiliki motivasi atau kemauan untuk menentukan tujuan.

c. Mempunyai pendidikan dan pengalaman.

d. Memiliki kematangan tugas dan psikologis.

e. Tingkat kemauan dan kemamuan bawahan yang tidak sama.

Bawahan dikatakan memiliki tingkat kematangan tinggi apabila mempunyai kemampuan teknik, pengetahuan terhadap tugas, serta kematangan psikologis dalam melaksanakan tugas-tugasnya. dan dikatakan meiliki tingkat kematangann rendah apabila tidak ada keterampilan teknik dan pengetahuan terhadap tugas serta rasa percaya diri dan harga diri.

namun ada pendapat dari pakar yang lain menyimpulkan bahwa sikap fleksibilitas pemimpin tercermin pada tiga unsure berikut:

a. Cocok, artinya selalu mengatur dan emngendalikan perilakunya sesuai dengan situasi termasuk dengan bawahannya dimana proses kepemimpinan itu dilaksanakan.

b. Sejalan, artinya selalu mengarahkan perilaku kepemimpinannya sesuai tugas serta kenyataan organisasi yang dipimpinnya.

c. Taat asas, tidak lain ialah ketaatan atau sikap konsisten pemimpin pada kepribadian dan keyakinan.

Menurut teori situasi pada hakikatnya ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan dan penting untuk dipahami serta dilaksanakan oleh para pemimpin, termasuk kepala sekolah[8]:

a. Kepemimpinan efektif, kepemimpinan yang selalu menyesuaikan diri dengan tingkat kematangan bawahannya.

b. Pemimpin yang efektif akan selalu membantu bawahan dalam eprkembangan mereka, yaitu dari tidak atau belum matang menjadi matang.

c. Perilaku pemimpin cenderung berbeda-beda dari situasi ke situasi lain.

d. Setiap pemimpin penting untuk memdiagnosa situasi.

e. Pemimpn yang baik jika mampu merubah perilakunya sesuai situasi dan memperlakukan bawahannya sesuai dengna tingkat kedewasaanya.

f. Empat perilaku pimpinan yang harus disesuaikan dengan tingkat kematangan bawahan (M): instruktif (M= tidak mau, tidak mampu), konsultatif (M= mau tapi tidak mampu), partisipatif (M= tidak mau, tidak mampu) dan delegatif (M= mau dan mampu).

D. Sasaran

Ada lima sasaran pokok yang harus selalu dibina oleh setiap kepala sekolah, yaitu:

1. Program Pengajaran

Jika seorang kepala sekolah ingin sekolahnya yang dipimpinnya behasil, maka ia harus memiliki komitmen tinggi terhadap program pengajaran. Program pengajaran menyangkut lima masalah pokok yaitu isi, susunan program, kurikuler dan ekstrakurikuler, pelaksanaan dan pengembangan kurikuler tingkat nasional dan tingkat daerah. Dampak penampilan kepala sekolah terlihat pada perubahan yang terjadi pada para siswa dan SDM yang lain:

a. Dalam jangka pendek: perkembangan intelektual, keberhasilan akademik, gairah untuk memperoleh pengetahuan, kreatifitas, sikap social; pengembanan pribadi, kesehatan fisik dan emosi, pengembangann keterampilan kepedulain karir, perencanaan keterampilan dan keterampilan kerja.

b. Dalam jangka panjang: partisipasi dalam kegiatan pemerintah atau masyarakat; kepuasan pribadi, dan hidup yang bermanfaa bagi masyarakat.

2. Sumber Daya Manusia

Faktor yang paling esensial dalam proses pendidikan adalah unsure manusia, yaitu manusia yang ditugasi untuk menghasilkan perubahan yang telah direncanakan pada anak didik, yaitu manusia yang memiliki kompetensi mengajar. beetapa pentingnya faktor manusia, maka tanggung jawab kepala sekolah dalam mencapai tujuan sekolah, membantu individu memperoleh kedudukan dan standar mempersatukan antara tujuan individu-individu denan tujuan sekolah.

Sebagai kunci keberhasilan penampilan kepemimpinan kepala sekolah ada langkah-langkah yang harus dilakukan oleh kepala sekolah terhadap sumber daya manusia, yaitu identifikasi (rekrut, menseleksi) pengangkatan/penugasan, diklat, orientasi dan sosialisasi, evaluasi, serta pembinaan dan pengembangan.

3. Kesiswaan

Siswa merupakan unsure utama yang harus dilayani, oelh sebab itu para siswa harus dilibatkan secara efektif dan tepat, tidak hanya dalam proses belajar mengajar, melainkan juga dalam kegiatan sekolah. Langkah paling tepat yang perlu dilakukan dalam penampilan kepala sekolah adalah:

a. Mengembangkan pengertian yang lebih besar dan memahami isi hati para siswa untuk melibatkan para siswa ke dalam berbagai keputusan.

b. Arahan yang paling tepat adalah Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), latihan kepemimpinan, kegiatan-kegiatan ektrakulikuler. Sedangkan materi yang dtanamkan kepada siswa yang lain adalah keimanan kepada Tuhan YME, kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan budi pekerti, berorganisasi, kesegaran jasmani, dan kreasi seni.

c. Tanggung jawab kepala sekolah dalam hal ini mengadakan pengendalian kehadiran siswa, penerapan disiplin, kebebasan mengemukakan pendapat, menghormati proses hak-hak seluruh siswa secara tepat.

4. Anggaran Belanja dan Fasilitas

Siklus anggaran belanja sekolah yang mencakup perencanaan, persiapan, engelolaan dan evaluasi memerlukan perhatian yang cermat. Kecermatan kepala sekolah terhadap anggaran belanja, kewibawaan kepala sekolah terhadap keberhasilan sekolah. Anggaran belanja suatu sekolah pada hakikatnya merupakan refleksi sistematik yang berkaitan dengan program pendidikan. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa penampilan kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam bidang anggaran belanja akan meberikan dampak positif terhadap pengelolaan sekolah dan tercapainya tujuan sekolah, yaitu tujuan jangka pendek dan jangka panjang.

Tanggung jawab utama kepala sekolah yang berkaitan dengan fasilitas pendidikan mencakup dua masalah pokok, yaitu: perencanaan gedung-gedung sekolah (school plant planning) dan kegiatan dan pemeliharaan sekolah (school operation and maintenance). Dalam merencanakan maupun memperbaharui memerlukan keterlibatansecara tepat dari para guru, siswa dan masyarakat, sehingga fasilitas sekolah dirasakan bermanfaat, dapat dipahami dan fleksibel. sedangkan dlam pemeliharaan sebuah sekolah diharapkan menciptakan suati lingkungan kondusif untuk proses belajar mengajar, maupun menangkal berbagai bentuk kejahatan dan kerusuhan. Jadi, dampak penampilan kepemimpinan kepala sekolah yang diharapkan dari sarana dan fasilitas adalah terciptanya suatu suasana, situasi dan kondisi lingkungannsekolah yang tertib, bersih, aman, indah dan penuh kekeluargaan.

5. Hubungan Kerja Sama antara Sekolah dengan Masyarakat

Seorang kepala sekolah merupakan mat arantai penting di antara hubungan sekolah setempat dengan masyarakat yang lebih luas. Ada tiga hal yang perlu dilakukan kepala sekolah:

a. Bagaimana memperoleh dukungan perbaikan dari masyarakat.

b. Bagaimana memanfaatkan sumber-sumber daya diperoleh secara tepat.

c. Dukungan yang diperoleh dan diperlukan, meliputi personil, dana dan dukungan informasi, serta sikap politis pemerintah.

Dampak yang dihasilkan oleh hubungann yang akrab antara sekolah dengan masyarakat melalui efektifias penampilan kepemimpinan kepala sekolah adalah:

a. Meningkatkan partisipasi aktif dan warga wilayah dalam kegiatan pendidikan.

b. Meningkatkan komunikasi antara satu sekolah dengan satu masyarakat.

c. Sekolah dapat memperbaiki program-program pendidikan sekolah yang hasilnya betul-betul diperlukan masyarakat.

d. Kemungkinan meningkatnya dukungan dari masyarakat.

E. Permasalahan

Apabila terjadi kesenjangan antara apa yang seharusnya dicapai dengan keadaan yang senyatanya, terjadilah apa yang disebut permasalahan, persoalan atau kasus. Demikian pulan dalam penampilan kepemimpinan kepala sekolah dalam arti, prestasi, kontribusi yang dapat diberikan (disumbangkan) oelh keala sekolah dalam rangka pencapaian tujuan sekolah, tidak selalu berjalan seperti yang diharapkan, sehingga terjadilah permasalah.

Ada beberapa jenis dan sumber penyebab terjadinya permasalahan, seperti organisasi, pribadi kepala sekolah dan tingkat kematangan bawahan. Secara umum sebenarnya ada tahap-tahap dan langkah-langkah untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, yaitu:

1. Menentukan tujuan organisasi

2. Mengidentifikasi dan melakukan analisis kekuatan penghambat dan kekuatan pendorong.

3. Menyusun strategi dan kegiatan-kegiatan yang terkoordinasi.

4. Kegiatan pelaksanaan.

F. Simpulan

Keberhasilan atau kegagalan suatu sekolah dalam mencapai tujuan sekolah sangat dipengaruhi oleh penampilan kepemimpinan kepala sekolah dalam bersikap. Yang mana sangat diperlukan kemampuan professional seperti kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan keterampilan professional, pelatihan dan pengetahuan professional, serta kompetensi administrasi dan pengawasan yang juga sangat dipengaruhi oleh kewibawaan, sifat-sifat dan keterampilan, perilaku, serta fleksibilitas pemimpin tersebut.

DAFTAR ISI

Siagian, Sondang P. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. (Jakarta:Rineka Cipta, 2002)

Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahnnya. (Jakarta:Rajawali Pers, 2008)

http://ikapunyaberita.wordpress.com

http://ilmiah-pendidikan.blogspot.com

http://neisha-diva.blogspot.com



[1] Neisha Diva, “Jangan Remehkan Penampilan saat Bekerja” dalam http://neisha-diva.blogspot.com/2008/06/jangan-remehkan-penampilan-saat-bekerja.html (13 januari 2009)

[2] Ika Maya Susanti, “Pentingnya Penampilan dalam Karir” dalam http://ikapunyaberita.wordpress.com/2007/09/09/pentingnya-penampilan-dalam-karir (13 Januari 2009)

[3] Sondang P.Siagian, Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, (Jakarta:Rineka Cipta, 2002), 1-3

[4] Anonim, “Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Sikap Guru Terhadap Pekerjaan Dengan Kompetensi Profesional Guru Matematika Smp Negeri Di Kabupaten (Pend-19)” dalam http://ilmiah-pendidikan.blogspot.com/2009/11/hubungan-kepemimpinan-kepala-sekolah.html (13 januari 2009)

[5] Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahnnya, (Jakarta:Rajawali Pers, 2008),432-433

[6] Ibid, 433-435

[7] Ibid, 438-440

[8] Ibid, 447-449

Previous Post Next Post