Apa itu disgradia ? Untuk menjawabnya saya memulai dari sebuah kisah berikut. Sekilas pandang terlihat keluarga Pak Arman seorang pejuang kemerdekaan, bisa dikatakan mewah, bahagia, mobilnya ada, rumah besar dan bertingkat, memiliki dua putra yang gagah. tapi mengapa sesekali terlihat kalau Pak Arman tampak murung. Tidak banyak orang yang tahu mengapa dia begitu. Pernah suatu ketika akhirnya dia membagi ceritanya. "Anakku yang dua itu luar biasa santainya, kuliyah malas, belajar malas, disuruh malas, yang rajin hanya tidurnya, keluyuran, dan hura-hura saja. Saya dan ibu benar-benar pusing. Tidak tahu lagi harus bagaimana mengubah perilaku mereka. Padahl apapun yang mereka perlukan selalu kami sediakan." Pak Arman sedih lantaran dia bekerja keras bertahun-tahun, membanting tulang untuk sebuah "puncak" yang sekarang telah didapatkannya. Tapi mengapa dia tampak murung ? Hal ini juga banyak dialami kawan-kawan seperjuangannya yang lain, yaitu kekecewaan kepada anak-anak muda mereka.
Tak heran banyak diantara kita bertanya: “Penyakit apakah yang menjangkiti para anak muda itu?” Wixen seorang pakar sosiologi, menyebutnya Disgradia. Ya, itu namanya Disgradia (bukan disgrafia). Semacam ‘virus mental’ yang membuat orang yang diserangnya lupa atau lebih tepatnya tak mau tahu tentang sejarah. Cirri-cirinya sederhana, orang yang diserangnya bersifat ahistoris, tak mau ambil pusing dengan perjuangan generasi sebelumnya.
Contoh, kalau ayahnya pejuang kemerdekaan, maka ia tidak pernah mau belajar atau menghayati betapa besar pengorbanan orangtuanya dalam memerdekakan bangsa dulunya. Contoh lain, jika ayahnya seorang yang kaya, ia tidak pernah mau ambil pusing untuk mengetahui atau menghayati perjuagan ayahnya yang membanting tulang untuk memperoleh kekayaan itu. Atau contoh lainnya tentang pejuang agama, pejuang sosial dll.
Tak mengherankan jika dua ahli sosiologi – paul B. Horton dan Chester L. Hunt - pernah memberi wejangan: “Jangan kira semua anak orang kaya bisa berhasil” Artinya limpahan fasilitas bukanlah jaminan keberhasilan. Tidak sedikit kan orang yang awalnya “hidup susah” menjadi orang sukses di masa mendatangnya? Peyakit mental ahistoris semacam inilah yang mulai menyerang generasi muda sekarang,mkalau sudah diserang, kepada siapa lagi tumpuan harapan masa depan negara dan agama kita letakkan ?
Rasanya sulit sekali membayangkan kejayaan masa depan bangsa jika anak mudanya lebih cenderung hura-hura, pesta pora sampai pagi, keluyuran tak menentu, santai ria dengan narkoba, dan penyakit jahiliyyah modern lainnya. Dan saatu lagi mereka tidak takut mati dengan hanya bekal amal kebaikan yang sedikit. Mengenal gejala virus ini sangatlah penting untuk mengambil langkah-langkah antisipatif sejak dini.
Disgradia namanya memang estetis tapi dampaknya sungguh tragis !
(SM)
Tak heran banyak diantara kita bertanya: “Penyakit apakah yang menjangkiti para anak muda itu?” Wixen seorang pakar sosiologi, menyebutnya Disgradia. Ya, itu namanya Disgradia (bukan disgrafia). Semacam ‘virus mental’ yang membuat orang yang diserangnya lupa atau lebih tepatnya tak mau tahu tentang sejarah. Cirri-cirinya sederhana, orang yang diserangnya bersifat ahistoris, tak mau ambil pusing dengan perjuangan generasi sebelumnya.
Contoh, kalau ayahnya pejuang kemerdekaan, maka ia tidak pernah mau belajar atau menghayati betapa besar pengorbanan orangtuanya dalam memerdekakan bangsa dulunya. Contoh lain, jika ayahnya seorang yang kaya, ia tidak pernah mau ambil pusing untuk mengetahui atau menghayati perjuagan ayahnya yang membanting tulang untuk memperoleh kekayaan itu. Atau contoh lainnya tentang pejuang agama, pejuang sosial dll.
Tak mengherankan jika dua ahli sosiologi – paul B. Horton dan Chester L. Hunt - pernah memberi wejangan: “Jangan kira semua anak orang kaya bisa berhasil” Artinya limpahan fasilitas bukanlah jaminan keberhasilan. Tidak sedikit kan orang yang awalnya “hidup susah” menjadi orang sukses di masa mendatangnya? Peyakit mental ahistoris semacam inilah yang mulai menyerang generasi muda sekarang,mkalau sudah diserang, kepada siapa lagi tumpuan harapan masa depan negara dan agama kita letakkan ?
Rasanya sulit sekali membayangkan kejayaan masa depan bangsa jika anak mudanya lebih cenderung hura-hura, pesta pora sampai pagi, keluyuran tak menentu, santai ria dengan narkoba, dan penyakit jahiliyyah modern lainnya. Dan saatu lagi mereka tidak takut mati dengan hanya bekal amal kebaikan yang sedikit. Mengenal gejala virus ini sangatlah penting untuk mengambil langkah-langkah antisipatif sejak dini.
Disgradia namanya memang estetis tapi dampaknya sungguh tragis !
(SM)