Bermimpi yang bagaimana sih? Saya ingat awal-awal saya dulu menggunakan kata-kata "mimpi" di shoutout FS q, banyak diantara mereka yang mengatakan "Memang IHSAN nih suka tidur aja kerjanya" Gitu kata teman-teman saya anak STAIL yang seasrama, lain lagi teman q di FS yang hanya ketemu lewat FS, mereka bertanya, "Mimpi mana sih yang kamu maksud?" Bukankah mimpi itu kembangnya tidur? Bukankah kita harus realistis? Dan bukankah mimpi itu terjadi karena kebanyakan tidur? Tentunya yang saya maksud dengan mimpi itu bukan sekedar sesuatu yang kita lihat karena kebanyakan tidur. Bukan pula mimpi yang terjadi karena terbawa-bawa oleh nafsu syahwat menjelang tidur. Bukan pula mimpi yang karenanya hati kita 'sedikit' berdebar-debar, Bukan pula karenanya kita dikejar-kejar oleh suatu atau berbagai persoalan duniawi yang kita temui di mimpi.
Yang saya maksud dengan mimpi di sini adalah suatu gagasan besar, cita-cita agung, atau angan-angan mulia yang luhur. Yang karena besarnya, agungnya, atau luhurnya angan-angan itu, lalu banyak orang-orang yang tidak berilmu, ataupun yang berilmu, tapi ilmunya 'dangkal', atau oleh orang-orang yang obsesinya rendah dan murah, kita dituduh sebagai kaum pemimpi, lebih parah lagi kita dituduh sebagai pemimpi di siang bolong yang hidupnya dibuai oleh mimpi-mimpi.
Wahai Sobat !
Dunia sekarang telah dipenuhi oleh berbagai ketidak adilan, kezhaliman, kerusakan dan pertikaian. Dalam skala lokal saja, tanda-tanda semakin menjauhnya agenda reformasi yang pada awalnya diusung oleh para mahasiswa itu, bukannya semakin mendekat kepada kenyataan, justru bayang-bayang semakin menjauhnya cita-cita itu senantiasa tampak di depan mata. Kasus terbaru ketua DPRD Sumut meninggal karena dipukuli demonstran. apa lagi ? masih banyak !
Namun demikian, kita tidak boleh berputus asa, kita harus senantiasa optimis, bahwa malam tidak akan selamanya malam, ia pasti akan berganti dengan merekahnya fajar, bukan fajar kadzib (fajar dusta, fajar yang setelah terang benderang gelap lagi), tapi fajar shadiq, fajar yang benar, fajar yang berlanjut dengan munculnya surya, munculnya mentari yang menyinari berbagai permukaan bumi, dan secara perlahan mengusir kegelapan malam yang tadinya begitu menyelimuti. Kita harus tetap tegar, tabah dan saba dalam mengusung cita-cita besar kita.
Memang, banyak kalangan menilai bahwa cita-cita seperti itu hanyalah mimpi belaka, namun, berbagai argumentasi di atas, kiranya sanggup untuk membuat kita tidak tertipu oleh penilaian banyak kalangan itu, anggaplah hal itu hanyalah sebuah laumata laa-im (celaan orang yang mencela), yang harus kita sikapi dengan La yakhafuuna (tidak takut).
Dalam rangka merealisasikan mimpi kita yang besar itu, kita harus melakukan langkah-langkah binaa-ur rijaal (pembinaan tokoh-tokoh masa depan), sebab hanya dengan langkah seperti inilah, setapak demi setapak mimpi itu semakin dekat kepada kenyataan. Melakukan filter terhadap pengaruh yang dapat merusak mereka dan bimbingan yang benar dan konsisten, karena mereka adalah Investasi jangka panjang.
Marilah kita simak kisah tentang dialog antara Umar bin Al Khaththab ra dengan beberapa orang di zamannya. Umar bin Al Khaththab berkata: “Berangan-anganlah!”.
Maka salah seorang diantara yang hadir berkata: “Saya berangan-angan kalau saja saya mempunyai banyak uang (dinar dan dirham), lalu saya belanjakan untuk memerdekakan budak dalam rangka meraih ridha Allah”.
Seorang lainnya menyahut: “Kalau saya, berangan-angan memiliki banyak harta, lalu saya belanjakan fi sabilillah”.
Yang lainnya lagi menyahut: “Kalau saya, mengangankan mempunyai kekuatan tubuh yang prima, lalu saya abdikan diri saya untuk memberi minum air zamzam kepada jama’ah haji satu persatu”.
Setelah Umar bin Al Khaththab mendengarkan mereka, iapun berkata: “Kalau saya, berangan-angan kalau saja di dalam rumah ini ada Rijaal (tokoh) seperti Abu Ubaidah bin Al Jarrah, Umair bin Sa’ad dan semacamnya”.
Dari dialog tentang angan atau mimpi ini, kita dapat mengetahui betapa urgen dan pentingnya binaur-rijal (pembinaan tokoh-tokoh masa depan)itu.
Semoga Allah swt memberikan kekuatan kepada kita untuk mampu mewujudkan mimpi indah kita, aamiiin.
Yang saya maksud dengan mimpi di sini adalah suatu gagasan besar, cita-cita agung, atau angan-angan mulia yang luhur. Yang karena besarnya, agungnya, atau luhurnya angan-angan itu, lalu banyak orang-orang yang tidak berilmu, ataupun yang berilmu, tapi ilmunya 'dangkal', atau oleh orang-orang yang obsesinya rendah dan murah, kita dituduh sebagai kaum pemimpi, lebih parah lagi kita dituduh sebagai pemimpi di siang bolong yang hidupnya dibuai oleh mimpi-mimpi.
Seorang pemimpin harus mempunyai banyak mimpi, jika tidak, dia tidak layak menjadi pemimpin
kenyataan hari ini adalah mimpi kemarin, dan mimpi hari ini adalah kenyataan esok hari (Hasan Al-Banna)
Wahai Sobat !
Dunia sekarang telah dipenuhi oleh berbagai ketidak adilan, kezhaliman, kerusakan dan pertikaian. Dalam skala lokal saja, tanda-tanda semakin menjauhnya agenda reformasi yang pada awalnya diusung oleh para mahasiswa itu, bukannya semakin mendekat kepada kenyataan, justru bayang-bayang semakin menjauhnya cita-cita itu senantiasa tampak di depan mata. Kasus terbaru ketua DPRD Sumut meninggal karena dipukuli demonstran. apa lagi ? masih banyak !
Namun demikian, kita tidak boleh berputus asa, kita harus senantiasa optimis, bahwa malam tidak akan selamanya malam, ia pasti akan berganti dengan merekahnya fajar, bukan fajar kadzib (fajar dusta, fajar yang setelah terang benderang gelap lagi), tapi fajar shadiq, fajar yang benar, fajar yang berlanjut dengan munculnya surya, munculnya mentari yang menyinari berbagai permukaan bumi, dan secara perlahan mengusir kegelapan malam yang tadinya begitu menyelimuti. Kita harus tetap tegar, tabah dan saba dalam mengusung cita-cita besar kita.
Memang, banyak kalangan menilai bahwa cita-cita seperti itu hanyalah mimpi belaka, namun, berbagai argumentasi di atas, kiranya sanggup untuk membuat kita tidak tertipu oleh penilaian banyak kalangan itu, anggaplah hal itu hanyalah sebuah laumata laa-im (celaan orang yang mencela), yang harus kita sikapi dengan La yakhafuuna (tidak takut).
Dalam rangka merealisasikan mimpi kita yang besar itu, kita harus melakukan langkah-langkah binaa-ur rijaal (pembinaan tokoh-tokoh masa depan), sebab hanya dengan langkah seperti inilah, setapak demi setapak mimpi itu semakin dekat kepada kenyataan. Melakukan filter terhadap pengaruh yang dapat merusak mereka dan bimbingan yang benar dan konsisten, karena mereka adalah Investasi jangka panjang.
Pemuda sekarang tokoh dan pemimpin masa depan
Marilah kita simak kisah tentang dialog antara Umar bin Al Khaththab ra dengan beberapa orang di zamannya. Umar bin Al Khaththab berkata: “Berangan-anganlah!”.
Maka salah seorang diantara yang hadir berkata: “Saya berangan-angan kalau saja saya mempunyai banyak uang (dinar dan dirham), lalu saya belanjakan untuk memerdekakan budak dalam rangka meraih ridha Allah”.
Seorang lainnya menyahut: “Kalau saya, berangan-angan memiliki banyak harta, lalu saya belanjakan fi sabilillah”.
Yang lainnya lagi menyahut: “Kalau saya, mengangankan mempunyai kekuatan tubuh yang prima, lalu saya abdikan diri saya untuk memberi minum air zamzam kepada jama’ah haji satu persatu”.
Setelah Umar bin Al Khaththab mendengarkan mereka, iapun berkata: “Kalau saya, berangan-angan kalau saja di dalam rumah ini ada Rijaal (tokoh) seperti Abu Ubaidah bin Al Jarrah, Umair bin Sa’ad dan semacamnya”.
Dari dialog tentang angan atau mimpi ini, kita dapat mengetahui betapa urgen dan pentingnya binaur-rijal (pembinaan tokoh-tokoh masa depan)itu.
Semoga Allah swt memberikan kekuatan kepada kita untuk mampu mewujudkan mimpi indah kita, aamiiin.